Sindrom Stockholm: Ketika Korban Membela Pelaku
Hai, teman-teman! Kita bakal bahas tentang sesuatu yang agak aneh, yaitu sindrom Stockholm. Sindrom Stockholm itu kayak reaksi aneh di mana orang yang diculik atau disandera malah jadi mendukung orang yang nyandera mereka. Kita bakal cerita gimana dan kenapa ini bisa terjadi.
Apa itu Sindrom Stockholm?
Sindrom Stockholm adalah fenomena psikologis yang terjadi ketika seseorang yang menjadi korban dalam situasi penyanderaan atau penculikan mengembangkan perasaan simpati, empati, atau bahkan cinta terhadap pelaku kejahatan tersebut. Istilah ini pertama kali muncul setelah peristiwa pada tahun 1973 di Stockholm, Swedia, ketika sekelompok bankir yang diculik oleh dua penyandera selama enam hari akhirnya menyatakan dukungan kepada para penyandera mereka.
Jadi, begini ceritanya:
1. Korban Merasa Terisolasi
Orang yang diculik biasanya merasa sangat terisolasi dan takut. Mereka gak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, dan ini bikin mereka sangat stres.
2. Interaksi dengan Pelaku
Selama waktu yang mereka habiskan bersama pelaku, ada interaksi yang terjadi. Pelaku mungkin ngomong baik-baik atau bahkan mencoba meyakinkan korban bahwa mereka nggak akan disakiti.
3. Mencari Cara Bertahan
Korban, yang dalam situasi yang sangat stres ini, mencoba mencari cara untuk bertahan hidup. Salah satu cara itu adalah dengan mencoba memahami pelaku atau bahkan mencoba mendukung mereka.
4. Sikap Simpati
Ketika korban mulai merasa simpati atau bahkan mencintai pelaku, ini bisa jadi bentuk dari sindrom Stockholm. Mereka mungkin berpikir bahwa dengan mendukung pelaku, mereka bisa memperoleh perlindungan atau mendapat perlakuan lebih baik.
5. Mengabaikan Ancaman
Korban mungkin juga mengabaikan atau meremehkan ancaman yang nyata. Mereka bisa jadi "buta" terhadap bahaya yang nyata karena perasaan simpati mereka terhadap pelaku.
Kenapa ini bisa terjadi?
Ini masih menjadi subjek penelitian, tapi para ahli berpendapat bahwa ini mungkin adalah cara otak manusia menghadapi situasi yang sangat stres dan tidak dapat diprediksi. Ini bukan berarti korban setuju atau bahagia dengan situasinya, tapi lebih pada cara mereka mencoba bertahan hidup.
Sindrom Stockholm ini sering dikaitkan dengan kasus penculikan atau penyanderaan, dan kadang-kadang kita dengar dalam berita. Ini adalah fenomena yang unik dan rumit dalam psikologi manusia, dan seringkali menunjukkan sejauh mana otak kita bisa pergi untuk melindungi diri sendiri dalam situasi yang sangat sulit.
Komentar
Posting Komentar